Sabtu, 16 Maret 2013

KISAH MALAIKAT PENJAGA LAUT dari Kitab Irsyadul Ibad


KISAH MALAIKAT PENJAGA LAUT dari Kitab Irsyadul Ibad

Dikisahkan dari Sayid Al-Huda bahwasanya Imam Syafi’i Rhm. memiliki sebuah kitab yang sudah tidak beredar sekarang ini, saat itu bahkan hendak dibuang ke laut. Di dalam kitab tersebut memuat cerita yang gharib (asing), yang jarang disebut oleh para Ulama mengenai hal ini. Pada saat cerita ini disebut di dengar oleh Imam Ahmad al-Hanbal (muridnya, dan didengar / dihadiri secara ruhaniyah oleh Gurunya Imam Malik Rhm dan Imam Hanafi Rhm.
Ceritanya adalah tentang seorang Nasrani Paderi (demikian cerita ini didengar) yang bertaubat dari agamanya (Nasrani). Diawali ketika ia diilhami tentang kebenaran ajaran Islam, sehingga membuatnya bimbang dan ingin berpindah menganut agama Islam. Kemudian ia melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali. Setelah itu ia mengalami guncangan hebat, sehingga ia memutuskan untuk mengembara ke tempat kesunyian.
Hingga ketika ia sampai di suatu tempat di pinggir laut, ia menghentikan langkahnya. Saat itu waktu sudah gelap gulita. Tiba-tiba terdengarlah gemuruh suara seperti suara hewan. Suasana hatinya bercampur aduk, mulai dari gundah, was-was, takut kalau-kalau binatang buas menyergapnya. Akhirnya ia memutuskan naik ke sebuah pohon besar. Di sana ia tidak bisa tidur.
Seketika suara gemuruh itu semakin jelas. Ia melihat di permukaan laut ada sebuah makhluk Allah bertubuh besar yang aneh menurut pandangannya. Kepalanya berwujud burung kasuari tapi berwajah seperti manusia (yang memiliki paruh), badannya seperti unta (memiliki punuk), ekornya seperti ekor ikan. Ia hanya muncul di permukaan laut saja.
Si Nasrani melihatnya dari kejauhan berteriak, ‘Hai siapa itu?’ Malaikat tersebut menegurnya, ‘Wahai manusia, mengapa engkau tidak mengucapkan salam kepadaku?’ Akhirnya si Nasrani pun mengikuti apa yang diperintahkannya.
Saat ia turun dari pohon ia kaget melihat lebih dekat bentuk asli makhlauk itu, ia berniat untuk lari karena takut. Tapi ia ditegur oleh malaikat tersebut, ‘Wahai manusia, mengapa engkau lari dariku? Jika engkau lari niscaya engkau akan binasa’. Maka berhentilah Nasrani tadi.
Makhluk tersebut memperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah seorang malaikat yang Allah cipta untuk berdiam di atas pemukaan laut. Ia merupakan salah satu bala tentara Allah. Setiap hari ia melantunkan tasbih dari ia diciptakan hingga saat ia dipertemukan. Setelah ia diperintahkan untuk taat kepada seorang hamba Allah, yakni Nabi Khidhir As, maka ia menjadi bagian bala tentara Beliau As di lautan.
Setelah mengalami peristiwa tersebut, bertambah mantaplah si Nasrani ini untuk berpindah keyakinan dari Nasrani menjadi seorang muslim. Dan ia meyakini bahwa apa yang dipegang selama ini (agamanya) adalah keliru, dan Islam lah yang benar menurutnya.
Nabi Khidir As. berkata: ‘Barang siapa yang melantunkan tasbih malaikat tersebut, maka pahalanya seperti pahalah makhluk tersebut berdzikir dari awal hingga akhir hayatnya’.

Ingin Kaya? Ini Kuncinya!


Ingin Kaya? Ini Kuncinya!

1. Bertakwa Kepada Allah Ta’ala.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.  Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaq (65) : 2-3).
2. Shalat Dhuha.
حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ السِّمْنَانِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَوْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ آخِرَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
Telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far As Samnani telah menceritakan kepada kami Abu Mushir telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Ayyasy dari Bahir bin Sa'd dari Khalid bin Ma'dan dari Jubair bin Nufair dari Abu Darda' atau Abu Dzar dari Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam dari Allah Azza Wa Jalla, Dia berfirman: "Wahai anak Adam, ruku'lah kamu kepadaku dipermulaan siang (shalat dhuha) sebanyak empat raka'at , niscaya Aku akan memenuhi kebutuhanmu di akhir siang." Abu Isa berkata, ini adalah hadits hasan gharib. (HR. At Tirmidzi No.437, Ad Darimi No.1415)
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ أَبِي شَجَرَةَ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ
Telah menceritakan kepada kami Daud bin Rusyaid telah menceritakan kepada kami Al Walid dari Sa'id bin Abdul Aziz dari Makhul dari Katsir bin Murrah Abu Syajarah dari Nu'aim bin Hammar dia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah 'azza wajalla berfirman; Wahai anak Adam, janganlah kamu meninggalkan-Ku (karena tidak mengerjakan) empat raka'at pada permulaan siang (dhuha), niscaya aku akan mencukupi kebutuhanmu di sore hari." (HR. Ahmad No.1097, 16749, 17126, 21431, 21433)
3. Banyak Membaca Istighfar.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. NUH (71) : 10-12).
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُصْعَبٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Telah menceritakan dari Kami Hisyam bin 'Ammar, telah menceritakan kepada Kami Al Walid bin Muslim, telah menceritakan kepada Kami Al Hakam bin Mush'ab, telah menceritakan kepada Kami Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas dari ayahnya bahwa ia bercerita kepadanya, dari Ibnu Abbas bahwa ia bercerita kepadanya, ia berkata; Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka." (HR. Abu Daud No.1297, Ibnu Majah No.3809 dan Ahmad No.2123).
كثرة الاستغفار تجلب الرزق
Nabi Muhammad saww. bersabda : Memperbanyak Istighfar itu dapat mendatangkan (menarik) rizki. (Di dalam Kitab Tanqihul Qaul => Asy Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Bantaniy Al Jawi).
4. Banyak Bersedekah.
عن أبي هريرة: مَا فَتَحَ رَجُلٌّ بَابَ عَطِيَّةٍ بِصَدَقَةٍ أَوْ صِلَةٍ إلا زَادَهُ الله بِها كَثْرَةً، وَمَا فتح عَبْدٌ باب مَسْألَةٍ يُرِيدُ بِها كَثْرَةً إلا زَادَهُ الله بِها قلةً
Abuhurairah ra., Nabi Muhammad saw. bersabda : Tiada seorang yang membuka jalan untuk sedekah atau memberi, melainkan Allah akan menambah banyak baginya, dan tiada seorang yang membuka jalan untuk minta-minta karena ingin kaya (banyak) melainkan Allah akan menambah hajat kekurangannya. (HR. Al Baihaqi, Didalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrasyad => Asy Syaikh Zainuddin Al Malibariy).
الصدقة تجلب الرزق
Nabi Muhammad saww. bersabda : Bersedekah itu dapat mendatangkan (menarik) rizki.
5. Membaca Surat Al Waqiah Setiap Malam.
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الوَاقِعَةِ فِي كُلِّ يَوْمٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَداً
Ibnu Mas’uud ra. Berkata : Nabi Muhammad saw. bersabda : Barangsiapa membaca surat Al Waqi’ah pada tiap malam, maka tidak akan menderita kemiskinan selamanya. (HR. Al Baihaqi, Didalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrasyad => Asy Syaikh Zainuddin Al Malibariy).
عن أنس: عَلِّمُوا نِسَائَكُمْ الوَاقِعَةَ فَإِنَّهَا سورَةُ الغِنَى
Anas ra. Berkata : Ajarkanlah pada istri-istrimu surat Al Waqi’ah, karena surat itu surat kekayaan. (R. Ibnu Ady, Didalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrasyad => Asy Syaikh Zainuddin Al Malibariy).
6. Laa Ilaaha Illallaahul Malikul Haqqul Mubiin (dibacanya 100x setiap habis shalat subuh atau dzuhur).
Artinya : Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Raja Yang Hak dan Menerangkan.
من قال في يومه مائة مرة لا اله إلا الله الملك الحق المبين كان له أماناً من الفقر وأنساً من وحشة القبر، وفتحت له أبواب الجنة
Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa membaca pada pagi hari seratus (100) kali LAA ILAAHA ILLALLAAHUL MALIKUL HAQQUL MUBIIN, maka akan merupakan jaminan aman dari kemiskinan, akan menjadi kesenangan dalam kuburnya dan terbuka baginya pintu-pintu surga. (HR. Al Khatib, Abu Naimdan Ibn Abdul Bar, Didalam Kitab Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrasyad => Asy Syaikh Zainuddin Al Malibariy)
7. LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAAH (dibacanya 100x setiap habis shalat subuh).
Artinya : Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَكُنَّا إِذَا عَلَوْنَا كَبَّرْنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُولُ فِي نَفْسِي لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ أَوْ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Utsman dari Abu Musa radliallahu 'anhu dia berkata; "Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di suatu perjalanan, apabila kami berjalan ke tempat yang agak tinggi, kami pun bertakbir, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Saudara-saudara sekalian, rendahkanlah suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.' Kemudian beliau mendatangiku, sedangkan diriku tengah membaca; 'Laa haula wa laa quwwata ilIa billaah' (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AlIah). Kemudian beliau bersabda: 'Hai Abdullah bin Qais, 'Ucapkanlah: Laa haula wala quwwata illaa billaah, karena itu adalah salah satu dari perbendaharaan surga -atau beliau bersabda; 'Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu kalimat, yang termasuk salah satu dari perbendaharaan surga? Yaitu; Laa haula walaa quwwata illaa billah' (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AIIah)." (HR. Bukhori No.5905, 5930 dan 6839, Muslim No.4873, 4874, 4875 dan Ahmad No.18774)
8. SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI SUBHAANALLAAHIL ‘AZHIIMI ASTAGHFIRULLAH (dibacanya 100x sesudah mengerjakan shalat qobliyah subuh dan sebelum shalat subuh).
Artinya : Maha Suci Allah denga segala pujiNya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Saya memohon ampun kepada Allah.
أن رجلا جاء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال تولت عني الدنيا وقلت ذاتيدي فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فأين أنت من صلاة الملائكة وتسبيح الخلائق وبها يرزقون قال فقلت وماذا يا رسول الله قال قل سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم أستغفر الله مائة مرة ما بين طلوع الفجر إلى أن تصلى الصبح تأتيك الدنيا راغمة صاغرة ويخلق الله عز وجل من كل كلمة ملكا يسبح الله تعالى إلى يوم القيامة لك
Bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saww. lalu ia berkata: “Dunia berpaling dariku dan sedikit di tanganku (miskin)”, Lalu Rasulullah saww. bersabda: “Maka dimanakah kamu dari permohonan rahmat oleh para Malaikat dan tasbih para makhluk, dan dengannya mereka diberi rizki?” ia berkata: Lalu saya berkata: “Apakah itu wahai Rasulullah?”, Beliau bersabda: “Ucapkanlah: SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI SUBHAANALLAAHIL ‘AZHIIMI ASTAGHFIRULLAH (Maha Suci Allah denga segala pujiNya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Saya memohon ampun kepada Allah)” seratus (100x) kali antara terbitnya fajar sampai shalat shubuh maka dunia datang dengan hina dan kecil (tidak sombong) dan Allah ‘Azza Wa Jalla menciptakan dari setiap kata akan satu Malaikat yang mentasbihkan Allah Ta’ala sampai hari kiamat yang pahalanya untukmu”. (Di dalam Kitab Ihya Ulumiddin => Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali).
9. Shalawat Untuk Memperbanyak Rizki.
Sholawat ini jika benar-benar dibaca sebagai wirid, maka insya Allah akan memperoleh rizki yang banyak, rizki yang luas dan lapang yang datang dari segala arah yang belum tampak.
اللهم صلى وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله بعدد انواع الرزق والفتوحات ياباسط الذى يبسط الرزق لمن يشآء بغيرحساب ابسط علينا رزقا واسعا من كل جهة من خزائن غيبك بغيرمنة مخلوق بمخض فضلك وكرامك يارحمن
Artinya : "Ya Allah limpahkanlah sholawat, salam serta barokah atas junjungan kami Nabi Muhammad saww. dan atas keluarganya sebanyak bilangan rizki dan pintu (rizki), wahai Dzat yang menganugerahkan rezki kepada yang Engkau kehandaki tanpa hitungan, Anugerahkanlah rezki yang luas bagi kami dari setiap arah perbendaharaan-Mu yang ghaib dengan tiada makhluk lain yang (karena) iri, hanya karena anugerah dan kedermawanan-Mu jua wahai Dzat Yang Maha Pemurah.".
10. Berdoa sehabis shalat 5 waktu.
اللهم انى اسألك ان ترزقنى رزقا حلالا واسعا كَثِيْرًا طيبا من غير تعب و ﻻ مشقة و ﻻ ضير و ﻻ نصب بغيرحساب انك على كل شيئ قدير
Ya Allah, Aku minta pada Engkau akan pemberian rizki yang halal, luas, banyak, baik tidak tanpa repot dan juga tanpa kemelaratan dan tanpa keberatan dan tanpa dihisab sesungguhnya Engkau kuasa atas segala sesuatu.
11. Banyak Bersyukur (Alhamdulillaah).
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim (14) : 7)
Ditulis Oleh: M. Sulfi bin Abu Nuwar Alaydrus

Masalah Niat Dalam Puasa Ramadhan


Masalah Niat Dalam Puasa Ramadhan

Puasa ramadlan tidak sah tanpa adanya niat, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

إنما الأعمال بالنيات ، وإن لكل امرئ ما نوى

“Sahnya perbuatan hanya dengan niat. Dan bagi seseorang apa yang ia niatkan”. (HR. Al-Buhkari dan Muslim dari Umar bin Khathab).

Tidak sahnya puasa tanpa niat juga disebabkan karena puasa adalah ibadah mahdlah(Ibadah murni), seperti halnya shalat. Tidak seperti ‘iddah bagi wanita, membayar hutang dan sejenisnya. Di sini niat tidak diperlukan karena bukan termasuk ibadah mahdlah.

Keterangan di atas adalah madzhab Imam As-Syafi’i, baik puasa wajib atau puasa sunnat, serta tidak ada perpedaan pendapat di kalangan Syafi’iyah. Madzhab Syafi’iyah juga menjelaskan bahwa tempat niat adalah hati. Mengucapkan niat puasa bukan merupakan syarat, bahkan puasa tidak sah hanya dengan mengucapkan niat puasa tanpa adanya niat dalam hati. Hukumnya mengucapkan niat adalah sunat seperti dalam wudlu’ dan shalat.

Niat puasa wajib dilakukan setiap hari, karena puasa dalam setiap hari adalah ibadah tersendiri yang dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Satu hari puasa tidak terpengaruh oleh batalnya puasa di hari sebelumnya atau sesudahnya. Hal ini berlaku untuk semua jenis puasa, baik wajib atau sunah. Inipun tidak ada perbedaan pendapat dikalangan Syafi’iyah. Dengan demikian jika seseorang niat di malam pertama ramadlan untuk melakukan puasa selama satu bulan penuh, maka puasa tidak sah kecuali untuk hari pertama saja.

Imam Malik mengatakan bahwa jika seseorang niat pada malam pertama ramadhan untuk puasa keseluruhan ramadhan, maka dianggap cukup dan sah serta tidak perlu memperbaharuinya setiap malam, karena keseluruhan puasa ramadhan adalah satu ibadah, hingga sekali niat saja sudah sah, seperti haji yang mempunyai beberapa pekerjaan dan shalat dengan jumlah rakaatnya.

Puasa ramadlan, begitu pula puasa wajib yang lain seperti puasa nadzar dan kafarah, tidak sah dengan niat di siang hari. Niatnya harus dilakukan pada malam hari (tabyit an-Niyah). Hal ini berdasarkan hadits Sayidah Hafshah binti Umar, isteri Rasulullah SAW, bahwa Rasulullah bersabda:

من لم يبيت الصيام من الليل فلا صيام له

“Barang siapa tidak melakukan niat puasa dimalam hari, maka tidak ada puasa sah baginya”.

Hadits ini diriwayatkan Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan lain-lain dengan sanad yang berbeda-beda. Diriwayatkan pula dalam bentuk hadits marfu’, dan mawquf dari riwayat Az-Zuhri dari Salim bin Abdillah bin Umar dari Ibnu Umar dari Hafshah –radliyallahu anhum—dengan sanad shahih.

Sebagian ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa jika seseorang niat sebelum terbenam mata hari kurang sedikit untuk puasa esok hari atau setelah terbitnya fajar lebih sedikit, maka puasanya tidak sah. Jika niatnya bersamaan dengan terbitnya fajar maka ada dua pendapat dan yang shahih adalah tidak sah.

Waktu niat puasa dimulai dari terbenam matahari hingga terbit fajar. Segolongan ulama berpendapat waktunya adalah separuh terakhir malam. Jika sudah melakukan niat puasa lalu mengerjakan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, jimak dan lain-lain sementara fajar belum  terbit, maka hal ini tidak berakibat batalnya puasa dan tidak perlu memperbarui niat.

Niat puasa harus ta’yin (jelas). Jika pada malam tanggal 30 sya’ban niat puasa seperti dengan “Jika besok adalah tanggal 1 Ramadlan, maka saya niat puasa besok”, maka puasa tidak sah, karena tidak adanya niat murni untuk puasa ramadlan dan masih adanya keragu-raguan.

Niat yang mencukupi untuk puasa ramadlan adalah :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaytu showma ghodin ‘an ada’i fardli romadloni hadzihis sanati lillahi ta’ala

Saya niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban puasa ramadlan tahun ini karena Allah Ta’ala.

Lafadz “ramadlan” dibaca “ramadlani” (nunnya dibaca kasroh) karena diidhafahkan pada hadzihis sanah. Artinya “melaksanakan kewajiban puasa ramadlan tahun ini”. Dalam kitab Hasyiyah al-Bajury ala Fathil Qarib, bila diucapkan “ramadlana” (nun dibaca fathah), niat masih belum ta’yin (jelas) karena artinya adalah “melaksanakan kewajiban puasa ramadlan (yang dilakukan) pada tahun ini”. Bisa jadi puasa yang diniati bukan untuk melakukan kewajiban puasa ramadlan tahun ini, tetapi untuk tahun lalu dan lain sebagainya.

Namun menurut kalangan Syafi’iyah yang berasal dari daerah Khurasan, hal ini tidak menyebabkan batalnya puasa, karena ini hanya kekeliruan penyebutan, tetapi pada hakikatnya niat itu adalah untuk puasa besok untuk ramadlan tahun ini, bukan untuk ramadhan tahun kemarin, apalagi untuk tahun depan.

Wallahu A’lam Bish Shawab

Sumber: Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab